
Peringatan: Di part ini akan kutambahkan drama. Jika penasaran, silakan baca sampai akhir! :'(
"Aku tak akan membiarkanmu membunuh Akito!" seruku, menghentikan serangan Hinata.
"Percuma." Hinata terkekeh. "Kamu tak mungkin bisa membunuhku karena aku mempunyai kemampuan untuk healing dan juga ... aku sudah memasang bom pada bangunan Tower ini!" Hinata tertawa menyeramkan. Aku hanya terdiam, menatapnya dengan tatapan serius. Apa maksudnya? Bukankah ... jika bom tersebut diledakkan, maka ... dia akan mati juga, bukan? Dia tak mungkin bisa menggunakan healing-nya tersebut karena dia lebih cepat mati duluan.
"Kamu masih belum mengetahui maksudku, ya?" Hinata menebak. "Maksud dari kataku adalah ... kalian yang mati, bukan aku. Aku dan Akito akan melarikan dari sini dengan memaka jetpack ini," jelas Hinata, menunjukkan sebuah tas jetpack. Hinata menatap sinis Kirito, lalu Hinata langsung melempar sesuatu ke arah Kirito. Saat aku melihat Kirito, ternyata tangannya yang terluka tertancap pisau daging. Kirito menunjuk ke arah kaca, dan disanalah aku melihat Hinata yang sudah menggandeng Akito. Mereka berdua sudah siap dengan jetpack.
"Kh ... TAK MUNGKIN!!!" Aku pun berteriak, kalah dalam game ini. Aku langsung menutup mukaku, bersandar di tubuh Kirito, entah kenapa aku lngsung bersandar di tubuhnya.
"Tak apa-apa, Saki." Kirito berujar. "Kita akan selamat. Lagian ... yang mati itu hanya Akito dan Hinata. Akito sudah memutuskan untuk mati bersama Hinata, yang berarti mereka akan berbahagia di alam sana. Dengan begitu, Hinata tak usah mengangkat beban yang terlalu berat, yaitu melindungi Akito sampai sekarang." Kirito menjelaskan. Aku membuka kedua tanganku yang telah menutup mukaku lalu aku menatap wajah Kirito dalam-dalam.
"Kalau begitu ... kemana mereka berdua?" tanyaku, dengan raut wajah serius.
"Tentu saja ... mereka berdua berada di ruang marriage lantai diatas kita ini. Ayo, kita harus segera pergi kesana dan memberi salam perpisahan kepada mereka berdua." Kirito tersenyum, menarik tanganku agar pergi ke lantai selanjutnya. Tak lama kemudian, aku dan Kirito sudah berada di lantai Marriage ke-2, dimana disini lebih mewah. Benar kata Kirito. Disana sudah ada Akito dan Hinata dengan baju pernikahan.
"Kamu sudah tahu maksudku, bukan, Saki?" tanya Akito. Raut wajahnya berubah menjadi sedih dan bahagia. "Ya, aku akan berbahagia dengan Hinata. Kamu boleh berbahagia dengan orang lain." Akito memejamkan matanya. Tangannya menggegam erat tangan Hinata. Hinata saat itu sedang memegang bunga dan Hinata sengaja menjatuhkan bunga tersebut ke lantai. Di balik bunga tersebut ada sebuah remote, yaitu pengendali bom tersebut.
"Kamu yang menang. Meskipun begitu ... game ini tak berarti bagiku. Yang berarti adalah ... aku bisa tinggal bersama Akito ...," Hinata meneteskan air mata. "Apa yang kalian berdua tunggu?! SEGERA TURUN!" Raut wajah Hinata kembali seperti marah, namun dia masih tersenyum. Aku dan Kirito mengangguk, lalu kami berdua segera menaiki lift agar mempercepat jalan untuk pulang kembali.
"Oi, Saki." Kirito memanggilku. Aku menaikkan alisku, menatap Kirito dengan wajah kebingungan.
...
...
...
Tiba-tiba Kirito langsung mencium bibirku! :o Ciuman itu sedikit lama, entah ... sepertinya aku mulai menyukai Kirito ...
"Kita bukan menjadi partner lagi, OK?" Kirito mengedipkan salah satu matanya. Aku mengangguk, lalu tersenyum lebar kepadanya tanda setuju.
Setelah sampai di lantai paling bawah, aku dan Kirito cepat-cepatan keluar dari bangunan Tower tersebut.
---
"Kirito dan Saki sudah keluar ...," Kirito tersenyum, memejamkan matanya terus menerus. "Kita akan berbahagia selamanya, Hinata. Aku percaya kita pasti akan berbahagia. Dengan begitu ... kamu tak perlu terluka terus menerus." Kirito meneteskan air mata. Hinata mengangguk, menekan tombol di remote tersebut.
1
2
3
DUARRRRR!!! Ledakan besar langsung terdengar dari kejauhan. Karena ruang marriage berada dekat dengan lantai paling atas, maka bangunan Tower tersebut tak terlalu runtuh semuanya. Hanya dua lantai saja yang langsung hilang tanpa bekas apapun. Semua orang yang tadinya berada disana sudah pergi dari bangunan tersebut karena sudah diberi peringatan oleh Hinata, beberapa jam yang lalu.
---
Kehidupanku kembali seperti semula. Besoknya, Kirito telah pindah sekolah ke sekolahku. Perlahan-lahan, aku pun mulai mencintai Kirito, melebihi cinta dari Akito. Meskipun begitu, memori Akito masih tersimpan di kepalaku. Mungkin nantinya memori itu akan hilang dengan sendirinya karena aku mulai mencintai Kirito ...
Aku pun memutuskan untuk melindungi Kirito, bukan sebagai partner lagi, namun menjadi pacar ... Janjiku yang ingin membunuh Kirito, kubatalkan.
Hidupku yang sebagai pemilik dunia lain masih berlanjut ...