
Kirito perlahan-lahan membuka pintu tersebut, entah kenapa, tangannya gemetaran. Mungkin dikarenakan pundaknya yang tertancap paku, maka dari itu seluruh tubuhnya masih terasa sakit dan nyari.
Sedangkan, nyeri dan sakit tak berfungsi kepadaku yang memang betul-betul kebal akan serangan seperti paku tadi."Kirito~ -_- Kamu masa' mau membuatku menunggu dengan pergerakanmu yang betul-betul lambat?! Sini, biar aku saja yang buka!" seruku, mendorong Kirito ke belakangku. Kirito langsung menunjukkan kayu didepan dadaku.
"Ngg ... aku betul-betul takut sampai kamu terserang oleh serangan semacam paku seperti tadi ... jadi, aku saat ini ingin betul-betul melindungimu." Kirito berujar sambil memasangkan wajah layaknya iblis. Suaranya pun terdengar seperti iblis juga!
-/////- Wajahku hanya bisa memerah saat Kirito bilang seperti itu. Oke, fokus ke acara pertama.
KRIEETT ... aku langsung membuka pintu tersebut dengan gerakan yang amat cepat. Aku hanya memejamkan mataku, berusaha mempersiapkan semuanya.
"Bunuh, bunuh mereka ...,"
Ya, suara itu kembali muncul. Aku membuka mataku kembali, menatap 2 bayangan yang muncul kembali. Bayanagn tersebut sama seperti Ritsu, dan ditangan mereka terdapat chainsaw. Pfft ... memang menurut mereka aku pasti akan kalah telak, namun, seiring hasrat m embunuhku menaik, para bayangan tersebut pasti akan mati dengan sangat cepat.
DRAP! DRAP! Suara langkahku begitu cepat. Aku langsung mengeluarkan kapak dari dalam jaketku, lalu langsung menyerang bayangan yang sedang mengayunkan chainsaw miliknya. Aku segera menyerang inti dalam dari tubuh bayangan itu, tepatnya kepalanya. Setelah kepalanya terpotong, aku langsung melanjutkan bayangan selanjutnya. Namun, saat aku menatap dimana bayangan itu berada, ternyata bayangan tersebut mengarah ke Kirito. Kirito langsung mengeluarkan kapaknya, hendak melawan bayangan tersebut. Awalnya, aku merasa lega dengan reaksinya itu.
Namun.
Perlahan-lahan pupil mataku membesar dikarenakan bayangan tersebut perlahan-lahan menjadi berwarna, yaitu menjadi sosok Ritsu dengan warna rambut kuning dengan model rambut dikuncir kuda. Kirito pun ikut terkaget dan entah kenapa ...
!!!
Ternyata Ritsu justru menicum Kirito!
1
2
3
"RITSU!!!" Aku langsung berteriak sekaras mungkin. Ritsu hanya tersenyum sambil memperlihatkan Kirito yang sedang menunduk.
"Nah ... sekarang, Kirito-mu telah aku bius dengan cairan yang secara otomatis akan menyerangmu!" Ritsu terkekeh. "Bagaimana? Kamu tak mungkin menyerang suamimu sendiri, buk--"
Sebelum dia sempat berbicara lebih lanjut, aku langsung menancapkan kapak tepat ke perutnya. Karena aku belum puas, aku langsung menancapkan paku tepat ke kepalanya, balasan karena serangan pakunya yang telah mengenai tanganku.
Dan sekarang ... tinggal Kirito yang langsung mengeluarkan silet kepadaku. Aku tersenyum dengan reaksinya tersebut. Memang, aku melakukan sebuah cara bunuh diri dimana Kirito bisa menyerangku. Namun, bukan berarti aku akan mati begitu saja. Saksikan saja pestaku, sore ini.
"Saki ... maafkan aku. Tapi ... aku harus melakukan hal ini kepadamu!" Kirito berseru sambil menunjukkan silet kepadaku. Aku hanya tersenyum, mengangguk atas reaksinya itu. Kirito langsung menancapkan silet tersebut ke pundak kanan dan kiriku. Aku hanya tertawa dengan reaksinya itu. Kirito mengeluarkan silet lagi dan mengarahkannya kepada perutku. Namun, aku langsung menginjak tangannya sehingga Kirito langsung terjun ke lantai.
Dan, aku langsung menyusulnya dengan menahan tanggannya untuk tidak mengambil silet maupun senjata lain.
"Hmm ... apa yang harus kulakukan untuk Kirito selanjutnya, ya?" Aku bertanya-tanya sambil menahan gerakannya itu.
"Kamu hanya perlu menciumnya, tapi itu harus segenap kekuatanmu."
Sebuah suara yang familier bagiku. Ya, Ritsu. Ritsu tersenyum kepadaku saat aku menolehnya.
"Kamu ... masih hidup?" tanyaku, terkaget karena dirinya yang masih hidup.
"Ya ... setiap pemilik dunia lain atau Another World harus menceritakan tentang terbentuknya dunianya." Ritsu menjelaskan. "Sebenarnya, aku mempunyai dunia Rainbow yang berarti cerah. Namun, ada kalanya pelangi akan hilang begitu saja, bukan? Maka dari itu, Rainbow bisa saja dispasikan menjadi Rain Bow. Seperti sifatku, awalnya baik kepada Hinata dan Akito, lalu berubah menjadi jahat dengan membuat rumah Akito seperti ini." Ritsu kembali menjelaskan.
"Tunggu, jagi kamu yang telah membuat rumah Akito seperti ini?!" tanyaku, tak percaya. Ritsu mengangguk pelan, lalu memberikan HP warna kuningnya kepadaku.
"Ambil saja. Disana terdapat suatu petunjuk yang betul-betul sayang jika tak kamu miliki!" Ritsu tersenyum lebar. Tak lama kemudian, sosok Ritsu langsung pergi begitu saja. Aku menatap Kirito tak berkedip sama sekali. Kirito sepertinya sudah kembali seperti semula, terlihat dari wajahnya yang tampak memerah.
"Ayo, Kirito. Kita pulang!" Aku pun mengulurkan tanganku kepada Kirito. Kirito tersenyum tipis, lalu menerima uluran tanganku tersebut. Namun, bukannya menerima, tapi justru menarikku ke dalam pelukannya!
"Maafkan aku telah melukaimu." Kriito mencium keningku. Aku mengangguk pelan sambil menyembunyikan mukaku yang memerah ... ^/////^