
"KRHHH!!!! AKHH!!!"
Terdengar teriakanku di ruangan lab tersebut. Kirito dan yang lainnya sudah dilepaskan, dan mereka diperbolehkan untuk melihat operasi badanku yang cukup sadis ini.
"Fu, fu, fu ... dengan begini, kita bisa mendengarkan suara teriakan dari pemilik dunia lain kekerasan ini ...," Lily terkekeh, tersenyum melihatku teriak seperti ini.
"Bukankah justru kamu yang lebih suka kekerasan dan lebih kejam?" Cyl menatap Lily dengan tatapan serius, membuat Lily jadi tak enak untuk mengatakan sesuatu tentang operasiku ini.
"Yak, sepertinya hampir selesai ... tinggal memasukkan plugsuit di antara kaki dan tanganmu. Sebenarnya, kita bisa berhenti dari sini karena emosi Saki sudah hilang karena stiker kotak it ..." Cyl terkekeh sambil melihat sebuah papan yang berisi banyak sekali kertas.
Betul. Aku tak bisa merasakan emosi lagi. Tanganku bisa berganti menjadi sebuah pedang, dan mataku sudah berganti menjadi putih, nyaris tak ada warna apapun didalam mataku. Rasanya ... ada sesuatu yang berhenti di dalam tubuhku ...
"SAKI!!!" Kirito terus menerus berteriak memanggil namaku, wajahnya tampak ingin menangis namun ia tahan. Aku tak bisa tersenyum maupun melakukan apapun, aku hanya bisa melihat atap ruangan lab ini.
"SAKI!!!" Kirito kembali memanggilku. Rasanya ... mataku perlahan-lahan kembali berwarna lagi. Berkali-kali Kirito memanggilku, namun dia tak bisa pergi menemuiku karena telah ditahan oleh sebuah alat. Sedangkan professor lain sedang menyiapkan alat untuk operasi selanjutnya ...
Tanpa kusadari, ternyata aku memunculkan pedang dari urat tanganku tersebut. Kirito dan yang lainnya mengangguk pelan, memberi isyarat untukku untuk melakukan sesuatu kepada professor-professor tersebut.
"Yak ... kita akan melanjutkan ..." Salah satu proffesor membalikkan badannya dan kaget melihat tanganku yang sudah memunculkan pedang.
"Selamat tinggal."
CRASSSH!!! Darah pun bertebaran seisi ruangan lab itu. Aku menusuk perut proffesor tersebut, lalu disusul dengan proffesor lain yang akan menghentikanku.
"Bunuh ... bunuh mereka semua ..."
YES! Suara itu telah kembali terdengar! Hasrat membunuhku langsung memuncak, dan aku berteriak-teriak karena senang membunuh professor-professor itu.
Selesai membunuh semua proffesor tersebut, aku tak melihat Lily dan Cyl darisini. Namun, aku melihat mereka sedang berlari keluar. Aku langsung fokus kepada kedua kaki mereka, lalu meluncurkan pedang dari pedangku.
JRASHH! Pedang tersebut langsung mematahkan kaki mereka, namun tak semuanya, hanya satu. Meskipun terluka cukup parah, mereka masih saja keluar dari ruangan lab ini ...
"KERJA YANG BAGUS, SAKI!!!" Ritsu berteriak kegirangan. Kirito, Akito, Hinata, dan Mashiro mengangguk pelan. Aku hanya mengangguk, kemudian melepakan alat yang membuat mereka tak bisa bergerak maupun lepas.
Kirito langsung memelukku setelah kulepaskan alat tersebut. Meskipun begitu ... tetap saja, aku tak bisa merasakan apapun darinya. Hangat dan dingin tak bisa kurasakan. Ya ... aku sekarang sudah menjadi robot dengan kehidupan abadi. Aku tak perlu tidur dan makan ... aku hanya butuh mentutaskan perjuanganku ini ...
Setelah kejadian itu, semuanya pun pulang. Namun, mereka bukannya pulang ke rumah masing-masing, tapi malah menginap di apartemen! -_- Hah, sudahlah ... tapi jika begini sih lumayan rame ... :)
"Saki." Kirito memanggilku. Aku membalikkan badanku dan Kirito langsung memegang pipiku dengan sangat erat. "Ah ... ngg ... tak apa-apa! O////O " Tiba-tiba sekujur muka Kirito langsung berubah menjadi merah.
"Memangnya ada apa?" tanyaku. Kirito masih dalam posisi memegang pipiku, tapi entah kenapa ... virus tsundere milikku telah berpindah ke Kirito ... -_-
"Nee~ kenapa kamu tak jujur, sih?" tanyaku, mendekatkan wajahku kepadanya. Ya ... aku sebenarnya cuma ingin menggodanya, sih ... :3 Entah kenapa, suasananya jadi enak ... :D
"A .... AKH! JANGAN TERLALU DEKAT-DEKAT, DONG!" Kirito justru menarik mukaku agar lebih dekat dengannya.
"Seharusnya kamu yang salah, malah mendekatkan wajahku kepadamu." Aku terkekeh. Wajah Kirito kembali berwarna merah, lalu menarik tanganku untuk keluar dari ruangan lab itu.
---
Perjalananku masih berlanjut dan sangat panjang. Apalagi, meskipun hidupku abadi ... sepertinya aku tak bisa menyusul mereka semua nantinya jika mereka meninggal. Padahal, dulunya aku ingin berbahagia bersama mereka ... namun, sepertinya tak bisa. Aku kembali miskin akan emosi. Meskipun hidupku seperti ini, untunglah ... mereka masih ada untukku.
"GYAAAAA!!! NASI GORENG-NYA GOSONG!!!! :o " Ritsu berteriak di dapur. Aku langsung memadamkan api yang menggosongkan nasi goreng tersebut, tapi entah kenapa ... aku salah memencet tombol -_- Aku justru malah memencet tombol api!!! :o
"GYAAAAAA!!!!"