
Yo~ :3
Maaf ya, mulai saat ini aku cuma bisa ngelanjutin cerita setiap hari Sabtu dan Minggu ...
Selamat membaca~ ^_^
Malam yang indah kulewati bersama Chesire Cat cepat sekali berlalu. Dan sekarang ...
"Kenapa aku harus terpisah dengannya, sih?!" teriakku sambil memakai pose kesal.
Baiklah, akan kujelaskan.
"Kecilkan suaramu, bodoh." White Rabbit menekan jam yang dia bawa dan seketika pisau yang dilempar oleh seseorang berhenti begitu saja. "Tuh lihat, jika kamu ngomong keras, hasilnya jadi seperti ini nih."
Aku cemberut melihat sikap White Rabbit yang tampang luarnya seperti anak kecil biasa, namun ternyata kata-katanya menusuk banget!
"Huh, sekarang kita mau kemana? Perasaan kita nggak sampai-sampai, deh." aku ngomong sambil menggegam gunting pemberian Chesire Cat ketika aku bangun tadi.
"Kita sebenarnya sudah sampai di hutan rimba dan tujuan kita selanjutnya adalah ... ngg ... di kerajaan rakyat jamur." jelas White Rabbit sambil membaca buku.
Aku jenuh dengan keadaan seperti ini ... Chesire Cat saja masih ngomong sama aku, tapi kenapa dia ti--
BRAK! Tiba-tiba ada bom meledak, kemudian aku didorong ke tanah oleh White Rabbit dan entah sejak kapan, wajah kami berdekatan!
"Kalau kamu tidak memahami keadaan, kepalamu bisa dibelah kapan saja ..." White Rabbit berbisik dengan suara yang dingin, kemudian cepat-cepat berdiri. "Ayo, sini." White Rabbit tersenyum, kemudian menarik tanganku dengan ... keras.
UGH! Kenapa aku sempat dibuat berdebar-debar oleh anak ini, sih?! Sadar, Akina, cintamu itu cuma satu; Chesire Cat!
"Hei, wajahmu merah tuh. Kena apa tadi?" White Rabbit bertanya sambil terkekeh.
"Bukan urusanmu!" Aku langsung menoleh.
Sesampainya di tujuan ...
"Apa?" tanyaku.
"Yap, kamu harus memotong jamur-jamur ini. Mereka beracun apabila diinjak." White Rabbit menunjuk jamur-jamur yang berada di perbatasan hutan rimba dan kerajaan rakyat jamur. Jamur itu tampak imut dan bergerak-gerak ... siapa juga yang nggak tega?!
"Kalau kamu nggak bisa memotong mereka ... kepalamu akan jatuh dan nggak bisa bertemu dengan Chesire Cat lagi, lho." White Rabbit berkata dengan wajah iblis-nya.
Aku memegang gunting tanaman ini dan memotong semua jamur-jamur itu sambil meminta maaf berkali-kali. Dan ternyata betul, mereka memang betul-betul hidup, bahkan mereka mengeluarkan darah!
"Ini betul-betul menakutkan ... aku mundur ke arah White Rabbit, namun ternyata dia malah menjilati tanganku yang kena darah ini!
"Kerja bagus. Aku suka gayamu yang tadi." White Rabbit melangkahi mayat-mayat tersebut dengan tenang.
A-P-A?!
Perjalanan di kerajaan rakyat jamur ini betul-betul membosankan. Tidak ada yang menarik, cuma ada rumah jamur saja. Huft ... harus sampai kapan aku berjalan dengan tampang menakutkan seperti ini ...
"...Hei, ayo kita istirahat. Aku mau minum teh dan makan kue nih, kamu mau nggak?" White Rabbit menunjuk ke sebuah rumah yang berbentuk seperti kelinci.
"Sepertinya itu rumahmu, deh ..."
"Aku ini punya satu rumah di setiap stage. Jadinya, aku ini lumayan disukai, bahkan Alice pendahulu lebih nyaman denganku."
"Aku hanya memilih Chesire Cat."
"Terserah, pokoknya aku harus mencuri hatimu biar bisa jadi milikku."
"Kenapa?" Aku kebingungan.
"Karena kamu ... menarik dari yang lain."
White Rabbit langsung cepat-cepatan masuk ke dalam rumahnya itu. Tunggu ... aku menarik? Dari mananya? AGH! Lagi-lagi si White Rabbit! Kenapa dia berusaha menghapuskan sosok Chesire Cat? Kenapa? Apa maksudnya tadi?
Sesampainya di dalam rumah White Rabbit, aku bengong. Aku tak mengerti, aku tak mengerti dengan hari ini!
"Hei, minum teh-nya, dong." White Rabbit memberikan boneka Teddy Bear di sebelahku. Kemudian, dia duduk di tempatnya.
"White Rabbit ..."
"Apa?"
"Kenapa kamu tertarik denganku?"
"Karena kamu unik."
"Dari mananya?" Aku kembali bertanya.
"Kamu cantik, lebih penakut, pemalu, dan sepertinya kamu memang nggak suka dengan duniamu yang sebelumnya sehingga kamu memutuskan ke sini. Biasanya Alice yang dulu mereka mempunyai kehidupan yang enak."
"Kamu ... mau menghiburku?"
White Rabbit berdiri, kemudian dia menaruh kepalanya di pahaku. "Tentu saja."
Aku kembali bengong. Tapi, aku merasa White Rabbit cuma mau menghiburku, jadi mungkin tidak terkait dengan percintaan.
"Terima kasih." Aku tersenyum.
Tapi, sekarang dia yang terdiam bengong. Tanpa sempat bertanya apa-apa, dia sudah menggegam tanganku erat-erat, dan mencium keningku.
"Sekarang ini aku menghiburmu dengan cinta." White Rabbit, untuk pertama kalinya, tersenyum dengan lembut.
EH?!