
Etto ... sebelumnya, maafkan atas ke-vakuman-ku yang secara tiba-tiba ini ...
(_ _) *Sujud*Maaf ya, aku sempat berhenti menulis cerita karena sibuk dengan urusan di RL ... ._. Sekali lagi, aku minta maaf ...
Nah, silahkan menikmati cerita kolaborasiku dengan Jasmine ini, ya ^^
Aku harap cerita kolaborasi kami kali ini lebih membaik ...
Oh ya, cerita ini mempunyai genre misteri dan plot twist yang mungkin akan memusingkan para pembacanya ...
Btw, selamat membaca~ ^^
The Ungiven Worlds
Genre: Action, Fantasy, Mystery, Romance, Supernatural
Note: Part selanjutnya silahkan kunjungi profil Jasmine Haifa Khairunnisa~
Ayah dan Ibuku selalu mengagumi lukisan tua yang ditaruh di ruangan sebelah kamarku. Aku selalu bingung dengan raut wajah mereka yang tak biasanya itu. Padahal, 5 tahun yang lalu tak pernah kulihat ekpresi mereka yang aneh itu.
"Ada apa dengan lukisan itu, Ayah?" tanyaku.
"Nggak ada apa-apa. Cuma indah saja." jawabnya dengan wajah aneh itu lagi.
Ketika aku bertanya kepada Ibu, jawabannya persis dengan Ayahku dan raut wajahnya juga sama.
Sejak saat itu, mereka terus memesan lukisan tua yang langka itu sampai-sampai di ruangan sebelah kamarku sudah terdapat banyak sekali lukisan tua.
Entah kenapa, aku membenci lukisan tua yang kebanyakan menggambarkan orang sedang perang tersebut. Seperti ada roh di dalam lukisan tua itu ... menakutkan.
Seingatku, keluarga Yoyaku lebih senang mengeluarkan seni dibanding membeli seni ... tapi kenapa orangtuaku justru membeli? ... Bukankah itu aneh?
"Yak! Ayah punya kabar bahagia lho~!" seru Ayah, masih dengan raut wajah aneh itu. Kali ini, wajahnya lebih aneh dari yang dulu.
"Apa? Mastin lagi?" tanyaku dengan raut wajah datar.
"Hoho bukan~! Hari ini Ayah dan Ibu mau bikin galeri besar khusus untuk lukisan tua hasil koleksi kita~" jawab Ayah semangat.
...Ukh, kenapa sih harus lukisan tua yang mereka koleksi itu lagi?!
Aku langsung beranjak dari meja makan dan segera pergi menuju kamarku untuk menenangkan diri. Ketika aku melewati ruangan itu, seperti ada seseorang sedang berbicara ...
"Tolong."
Setelah 1 tahun kemudian, akhirnya, hari ini, aku bisa menghancurkan ... ah, maksudku melihat galeri milik orangtuaku itu.
Di dalam mobil, Ibuku bertepuk tangan layaknya anak kecil, sedangkan Ayahku menyanyikan lagu anak kecil. Cih, ada apa sih dengan mereka? Apakah ada suatu roh di dalam lukisan itu yang merasuki orangtuaku?!
"Mino-chan jangan cemberut begitu, dong~ Ayo semangat dengan dress sailormu yang imut itu~" ajak Ibuku dengan senyuman aneh, seperti anak kecil. Aku hanya bisa sweatdrop dan kembali melihat ke pemandangan di luar jendela.
1 jam berlalu dan akhirnya aku sampai di galeri lukisan tua milik orangtuaku yang bernuansa traditional ala Jepang itu.
"Nah, silahkan mengelilingi galeri ini, Mino-chan. Semoga kamu senang berada di sini~" Ibuku melambaikan tangannya kepadaku, namun aku hanya menjawab lambaian tersebut dengan senyuman pucat. Setelah mereka pergi, aku melihat ke jam tanganku.
"Oh .. jam setengah 7. Episode anime Rose belum keluar jam segini ..." Aku bergumam dengan senyuman yang terukir di wajahku.
Meskipun aku terlihat pendiam dan suka berdandan, namun sebenarnya aku ini adalah seorang otaku yang kelewat akut.
Yoyaku Zumino, umur 15 tahun, bulan Mei, memulai debutnya sebagai NEET di musim panas ini.
Dibanding tertarik dengan seni yang menggunakan cat air, aku lebih suka dengan seni modern yang menggunakan pentab ataupun mouse.
OK, balik lagi.
Aku mengelilingi galeri tersebut dengan tatapan sinisku tanpa melihat lukisan-lukisan tersebut. Tiba-tiba pandanganku tertarik dengan sebuah dena yang ada di samping lift.
"...Lukisan legenda 7? Apa itu?" gumamku sambil menunggu lift tiba. Setelah lift tiba, aku segera menekan nomor lantai 'Lukisan legenda 7' itu.
Sesampainya di lantai 7, aku kaget melihat betapa luasanya lantai ini. Meskipun begitu, lantai ini dipenuhi dengan banyak tembok yang membuatnya seperti sebuah labirin.
"Hah ... seharusnya aku nggak pergi ke lantai ini, ya ..." gerutuku sambil jalan-jalan mencari lukisan yang sedari tadi tak kunjung kulihat.
"Tolong ..."
Tiba-tiba aku mendengar suara laki-laki di belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, ternyata sudah ada lukisan seorang laki-laki yang membawa gigi taring yang sangat besar. Aku kebingungan sekaligus takut ketika tahu ada lukisan dan tembok di belakangku yang seharusnya nggak ada.
"Tolong." katanya sambil melakukan head tilt yang membuatku makin takut. Seketika di sekitarku langsung menjadi gelap dan terdengar ada orang sedang berteriak sana-sini.
"Keluarkan aku dari sini, bodoh!" teriaknya. Seketika, orang-orang yang teriak itu langsung berhenti.
"Hei, cepat sentuh tanganku!" teriaknya lagi. Aku yang sedang ketakutan dan panik itu malah nurut dengan perintahnya.
"Eh ... ah, iya ..." aku menyentuh tangan kanan laki-laki itu yang sedang menyentuh kelelawar.
Seketika aku merasakan aura dingin dan angin yang kencang ketika aku menyentuh tangannya itu ... tanpa kusadari, laki-laki itu sudah keluar dari lukisan dengan posisi kepalanya di leherku ...
"Agh--sakit oi!" teriakku sambil refleks menendang perut laki-laki itu. "Kenapa kamu bisa-bisanya menggigit leherku sih?!"
"Yah ... pas aku keluar baumu enak sih." katanya sambil berdiri dengan senyuman smirk. "Oh dan juga ... terima kasih sudah menolongku."
"...Tunggu, kenapa bisa kamu keluar dari lukisan itu?" tanyaku sambil memegang leherku.
"Yah ... nanti saja aku jelasinnya ... sekarang, kita harus pergi dari area ini karena sehabis ini akan ada orang yang datang." Laki-laki itu entah kenapa langsung menutup mataku secepat mungkin dan menggendongku.
Hah?! Apa-apaan hari ini?! Kenapa hari ini jadi hari tersialku sih?!