
Sandra membuka mata nya perlahan. Mentari sudah terang menyilaukan.
Dilihat nya jam dinding. Jam sepuluh lebih lima belas menit. Sekolah sudah mulai beberapa jam yang lalu. Sandra bangkit dari tempat tidur nya. Selesai mandi ia mengenakan baju seragam nya.Ketika Sandra tiba di sekolah nya, gerbang sekolah sudah ditutup. Dia memanjat gerbang tersebut.Setelah kaki Sandra menyentuh lapangan sekolah, seorang satpam menghampiri nya.
"Selamat pagi!" kata si satpam. "Apakah kau tidak tahu jika gerbang sudah ditutup, para siswa dilarang memasuki sekolah tanpa seizin guru?"
"Saya tahu kok!" kata Sandra. "Pertama-tama Bapak akan menanyakan nama saya, lalu melaporkan saya pada guru piket hari ini, kemudian guru tersebut akan menentukan hukuman untuk saya."
Si bapak satpam mengerutkan kening.
"Tunggu dulu!" kata Pak Satpam mengenali. "Kau murid baru itu, bukan? Baru masuk kemarin?"
Sandra mengangguk. "Begini saja, Pak, bagaimana kalau Bapak pura-pura tidak tahu tentang pelanggaran saya ini? Sebetul nya saya tidak keberatan kalau saya dihukum. Malah itu lebih baik. Tapi perut saya sangat lapar saat ini, jadi saya tidak punya waktu untuk berbasa-basi lagi."
"Baiklah!" kata nya menyerah. "Karena kau masih murid baru di sekolah ini, Bapak akan mengabaikan pelanggaranmu kali ini. Tapi lain waktu kau tidak boleh melakukan nya lagi."
Sandra tersenyum. "Saya yakin akan melakukan hal ini lagi kapan-kapan. Saat itu Bapak boleh melaporkan saya pada para guru. Saya tidak keberatan sama sekali!"
Sandra berlari meninggalkan pak satpam.
Sandra berlari ke arah kantin. Dia duduk di bangku kantin sambil menikmati makanan nya. Setelah selesai, dia berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Langkah nya terhenti saat melihat Leon yang duduk di bangku taman sekolah. Dilihat nya teman-teman sekelas cowok itu sedang berolahraga.Sandra berjalan mendekati lalu duduk di sebelah nya. "Wah! Rupa nya si anak teladan bisa bolos pelajaran juga!"
Leon menoleh ke arah Sandra.
"Kau memang anak aneh! Tidak mau bicara lagi?" tanya Sandra. "Bagaimana kalau aku beritahu Pak Guru kau bolos pelajaran olahraga?"
Kali ini Leon menatap mata Sandra. "Bukankah kau juga bolos?"
Sandra tertawa. "Ya! Itu maksudku! Apakah sebaik nya kita memberitahu Pak Guru kalu kita berdua membolos? Aku jadi penasaran hukuman apa yang akan diberikan oleh mereka!"
"Aku tidak tahu!" kata Leon. "Aku belum pernah dihukum!"Sandra menggeleng-geleng. "Ya! Aku yakin begitu!
Kau tidak pernah melakukan kesalahan maka nya tidak pernah dihukum. Apakah kau tidak bosan menjadi anak teladan terus-menerus? Cobalah sekali-sekali menjadi anak nakal dan melihat betapa kreatif nya para guru membuat hukuman!"
"Kreatif?" tanya Leon bingung.
"Dari lari keliling lapangan, mengecat meja sekolah, menulis "aku tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi" di atas seratus lembar kertas, membereskan buku perpustakaan, sampai membersihkan WC!"Leon tertawa. "Dan kau merasakan semua nya?"
Sandra menggeleng. "Tidak! Aku bilang melihat, bukan merasakan!
Aku sudah keburu drop out sebelum hukuman itu dilaksanakan!"
"Kenapa aku tidak terkejut mendengar nya?" bisik Leon perlahan.Tangan Sandra mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik api. Sandra menyelipkan rokok di bibir nya. Leon menatap nya. "Tolong jangan merokok!"
Sandra tertawa pendek. "Kenapa? Mau menasihatiku kalau merokok tidak bagus buat kesehatanku?"
Leon menggeleng. "Tidak! Sebenar nya justru tidak bagus buat kesehatanku!"
"Apa maksudmu?" tanya Sandra bingung.
"Aku sakit!" jelas Leon.
"Sakit?" tanya Sandra lagi.
Leon mengangguk. "Aku tidak membolos pelajaran olahraga. Aku memang tidak bisa mengikuti nya."
"Memang nya kau sakit apa?" tanya Sandra. "Flu, sakit perut, demam, atau apa?"
Leon menatap Sandra dengan serius. "Aku punya kelainan jantung sejak lahir!"
Untuk sesaat Sandra tidak sanggup berkata-kata
."Mengapa kau memerhatikanku kemarin sewaktu aku berolahraga?" tanya Sandra tiba-tiba.
Leon menatap Sandra.
"Asal kau tahu saja, aku benar-benar tidak suka kalau ada orang yang memerhatikanku tanpa sepengetahuanku." Lanjut Sandra. "Apa karena kau ingin melihat si anak baru yang berandalan, dan berpikir betapa beruntung nya kau jadi murid teladan?"
"Tidak." Jawab Leon.
"Lalu kenapa?" tanya Sandra.
"Karena aku iri."
"Iri?" Sandra bingung.
"Ya! Aku iri padamu! Kau bisa bermain voli dengan senang. Aku tidak pernah bisa bermain seperti itu. Hidupku hanya berkisar di sekolah dan rumah sakit! Tidak boleh berolahraga sekali pun karena itu bisa membahayakan jantung."
Baru pertama kali ada orang yang iri pada nya hanya karena ia bermain voli. Sesaat Sandra merasa kasihan pada pemuda ini.
Tiba-tiba saja Pak Donny muncul di hadapan mereka. "Di sini kau rupa nya! Sandra, kenapa kau membolos? Dan apa itu?! Rokok! Kau merokok juga? Apa yang kau lakukan bersama Leon di sini? Sekarang juga kalian ikut ke ruangan Bapak!"
Sandra dan Leon mengikuti Pak Donny ke ruangan nya.
"Sandra!" kata nya. "Ini hari keduamu di sekolah, dan kau sudah membolos. Bapak tidak tahu apa yang kau lakukan di sekolah terakhir sampai kau dikeluarkan dari sana! Pihak sekolah sana tidak mau memberitahukan hal tersebut kepada Bapak!"
Sandra tersenyum perlahan. "Saya menyebabkan ruang olahraga mereka rusak terbakar!"
"Benarkah?" tanya Pak Donny terkejut.
"Kalau Bapak mau mengunjungi sekolah tersebut pasti nya Bapak masih bisa melihat hasil pengecatan kembali ruang olahraga nya!"
"Menurutmu itu sesuatu yang membanggakan?" tanya Pak Donny.Sandra tidak menjawab.
"Baiklah!" desah Pak Donny. "Kira-kira apa hukuman yang layak untuku, Sandra?"
Sandra tertawa. "Saya tidak tahu, Pak. Saya rasa Bapak lebih ahli soal hukuman daripada saya!"
"Kalau begitu mulai besok kamu Bapak hukum untuk membersihkan toilet selama dua minggu." Kata Pak Donny.
"Baiklah!" kata Sandra. "Tapi Bapak tahu kalau saya tidak akan melakukan nya!"
"Kalau kau tidak mau melaksanakan nya." kata Pak Donny. "Hukuman nya bertambah menjadi tiga minggu!"
"Kenapa tidak dikeluarkan saja sekalian?" tanya Sandra.
"Karena mengeluarkanmu adalah perkara yang terlalu mudah dan itu justru sesuai dengan keinginanmu, bukan? Sayang sekali, Sandra, kau tidak akan semudah itu dikeluarkan!"
"Kita lihat saja nanti!" kata Sandra."Bapak tidak sabar untuk melihat nya!" tatapan"y beralih pada Leon. "Sekarang kau, Leon, apa yang kau lakukan bersama Sandra?"
"Tidak ada, Pak!"
"Benarkah tidak ada apa-apa?" tanya Pak Donny.Leon mengangguk.
"Bapak percaya padamu!" kata Pak Donny.Sandra memandang Leon dan Pak Donny dengan sinis.
Pak Donny melirik Sandra lagi. "Cobalah untuk bersikap baik, Sandra. Masa muda hanya terjadi sekali seumur hidup. Kau akan menyesal kalau menyia-nyiakan nya!"
Kenapa sih guru-guru selalu berpetuah panjang lebar? Tanya Sandra dalam hati.
"Nikmati masa mudamu! Bertemanlah sebanyak-banyak nya!" kata Pak Donny.
"Bapak pasti bercanda!" kata Sandra. "Tidak ada seorang pun yang mau berteman dengan saya!"
Leon tiba-tiba berkata. "Aku mau berteman denganmu!"
"Sayang sekali." Balas Sandra. "Aku yang tidak mau berteman denganmu."
"Bapak harus menghentikan perdebatan kalian karena harus masuk kelas untuk mengajar dan sebaik nya kau juga berada di sana, Sandra!"
Sandra dan Leon keluar dari ruangan Pak Donny.
"Benarkah semua data tentang dirimu tadi?" tanya Leon penasaran.Sandra tersenyum. "Sebetul nya ada yang tidak akurat! Aku tidak membolos lima kali, aku membolos setiap hari!"
Leon tertawa. "Tiap hari?"
"Ya!" kata Sandra. "Kau yakin kau mau jadi temanku, anak teladan?"
"Perkataan terakhir tadi membuatku yakin untuk menjadi temanmu!" Leon berkata tulus.
"Oh! Perkataan yang manis!" ejek Sandra. "Tapi sayang sekali, aku tidak mau jadi temanmu. Tidak sekarang, tidak juga nanti!"
"Aku hanya ingin menjadi temanmu. Kalau kau tidak mau jadi temanku, tidak apa-apa! Aku mengerti! Aku akan tunggu sampai kau mau jadi temanku!"
"Itu tidak akan terjadi!" kata Sandra.
"Aku orang yang optimis, Sandra! Aku punya keyakinan hal itu akan terjadi!" kata Leon yakin sambil berlalu dari hadapan Sandra.
***
Sandra memainkan makanan di piring nya. Dia memandang mama nya dengan kesal.
"Jadi kau membuat masalah lagi di sekolah!" kata Mama.Sandra tertawa. "Wow! Aku kira Mama datang mau makan malam bersamaku, ternyata Mama hanya mau menegurku lagi! Jadi apa yang terjadi? Wali kelasku menelepon Mama?"
"Sandra!"
"Merokok dan bolos pelajaran?" tanya mama nya marah. "Apakah kau tidak kapok juga? Apa ini caramu menarik perhatian Mama?"
"Aku rasa Mama salah!" kata Sandra. "Aku tidak bermaksud menarik perhatian Mama!" kata Sandra. "Aku hanya bermaksud membuat Mama marah! Dan tampak nya itu berhasil!"
Mama Sandra langsung menggebrak meja. "Mama tidak mau melihat kelakuanmu seperti ini lagi, Sandra! Hentikan sifat kekanak-kanakan ini! Mau sampai kapan kau begini?"
Sandra tertawa lebar.
"Kenapa kau tertawa?"
"Aku merasa lucu sekali!" kata Sandra. "Mama toh tidak akan sempat melihat kenakalanku karena Mama tidak akan berada di sini saat aku melakukan nya! Bukankah Mama mau pergi ke luar kota lagi?"
"Sandra!!!" teriak mama nya.
Sandra bangkit dari tempat duduk nya dan dengan sengaja menjatuhkan vas bunga kesayangan mama nya.Setelah itu Sandra bergegas ke kamar nya.Tak berapa lama kemudian, telepon
berdering. Mama Sandra mengangkat nya.
"Halo!"
"Ini aku!" kata suara di telepon. "Bagaimana keadaanmu, Widia?"
Mama Sandra, yang bernama Widia, mendesah. Dia tidak siap untuk menerima telepon mantan suami nya saat ini.
"Seperti biasa!" keluh Widia. "Anak kita masih tidak bisa menerima perceraian kita!"
Suara di ujung telepon mendesah. "Aku akan mencoba bicara pada nya, Widia!"
"Sebaik nya begitu. Dia tidak mau bicara denganku sama sekali!"
"Aku akan coba, Widia. Oh iya, aku sudah mengirimkan undangan pertunanganku seminggu yang lalu!" kata mantan suami nya.
"Aku belum sempat mengucapkan selamat padamu!" kata mama Sandra. "Aku harap kau berbahagia dengan calon istri barumu!"
"Terima kasih!" balas papa Sandra.