
"Kau langsung pulang dengan mobilku tanpa bertemu siapa-siapa. Sekarang semua orang bisa melihatku!"Sandra tertawa.
"Aku tahu! Itu yang membuat nya semakin menarik!" Dalam hati Leon mengumpat.
Lima menit kemudian, mobil Leon tiba. Leon cepat-cepat masuk ke pintu penumpang. Sandra mengikuti nya sambil terkikik geli. Di dalam mobil, Pak Budi juga memerhatikan jaket yang dikenakan Leon. Leon menyuruh Pak Budi mengantar Sandra ke rumah nya.
"Istirahat yang banyak!" kata Sandra ketika sudah tiba di depan rumah nya.Leon mengangguk.
"Masuklah!" Leon memandang jaket yang dikenakan nya sambil mendesah. Hari-hari bersama Sandra memamng tidak pernah membosankan. Sesampai nya di rumah, Leon disambut oleh mama nya di depan pintu.
"Leon!" Mama memeluk nya. Lalu wanita itu memandang jaket yang dikenakan putra nya sambil menahan tawa.
"Ayo masuk!" ajak Mama lagi. Mama rupa nya telah menyiapkan makanan dan minuman untuk Leon.
"Makan dahulu!" kata nya.Leon mulai memakan masakan mama nya.
"Kau mau ganti baju sekarang?" tanya mama Leon.Leon menyentuh jaket yang dikenakan nya. Entah mengapa dia merasa sayang melepaskan jaket itu setelah Sandra tidak ada.
"Nanti saja, Ma. Aku mau makan dulu." Leon berbohong.
Mama nya tersenyum mengerti.
***
Sandra melangkah ke kamar mama nya. Dia mengetuk pintu kamar mama nya lalu masuk.Widia sedang bersiap-siap menghadiri pertemuan dengan para rekan nya. "Ada apa, Sandra?" tanya Widia.
"Aku mau memberi sesuatu." Kata Sandra.
Sandra memberikan bingkai foto yang dipegang nya pada mama nya.Widia menatap foto di dalam nya. Itu foto diri nya dan Sandra saat putri nya mencoba gaun pesta di toko. Seorang pelayan toko ingin memfoto Sandra mengenakan gaun tersebut dan memajang di tokonya. Lalu dia juga meminta mereka berdua untuk berfoto.
"Aku tidak tahu bagaimana berterima kasih atas bantuan Mama waktu itu!" kata Sandra.
"Aku hanya punya foto ini untuk Mama!"
"Oh, Sandra!" Widia terharu. Dielusnya kepala putri nya dengan penuh sayang.
"Ini indah sekali!"
"Mama bisa memajang nya di meja kantor Mama!" kata Sandra.
"Terima kasih, Sandra!" kata Widia senang.
^^
Hari ini adalah hari pembagian rapor. Sandra duduk di kelas nya dengan khawatir. Dalam hati kecil nya dia tidak ingin membuat Leon dan mama nya kecewa. Pak Donny masuk ke kelas sambil membawa rapor dan banyak kartu pos.
"Hari ini kalian akan mendapatkan hasil belajar kalian selama satu semester ini!" kata Pak Donny.
"Tapi sebelum nya ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan! Sebagaimana yang telah kalian ketahui, di seberang sekolah kita telah dibuka kantor pos baru. Mereka ingin memberikan kartu pos pada kalian sebagai kenang-kenangan." Lalu Pak Donny meletakkan setumpuk kartu pos pada meja terdepan masing-masing.
"Bapak yakin kalian akan menikmati liburan kalian setelah pembagian rapor ini. Jadi kartu pos ini dapat kalian gunakan untuk mengirim kabar pada teman kalian saat kalian pergi ke luar kota atau luar negeri!" Sandra melihat sekilas kartu pos nya yang berwarna biru, lalu memasukkan nya ke tas.
"Nah." Kata Pak Donny. "Sekarang Bapak akan membagikan rapor berdasarkan urutan nama kalian. Bagi yang nama"y dipanggil silakan maju kedepann." Pak Donny menatap murid yang duduk dihadapan
nya. Dia membuka rapor di tangan nya.
"Bapak tidak harus mengatakan apa!" kata Pak Donny. Sandra merasa putus asa.
"Nilai-nilaimu memang masih kurang!" kata Pak Donny.
"Tapi Bapak tahu kau sudah berusaha. Kau masih punya kesempatan untuk memperbaiki nilaimu semester depan. Walau begitu Bapak tetap merasa senang karena tidak ada satu pun nilai merah di rapormu."
"Tidak ada yang merah?" tanya Sandra terkejut.
"Ya!" kata Pak Donny sambil tersenyum.
"Kelihatan nya kau sudah berusaha memperbaiki nilaimu dibandingkan tahun lalu. Bapak tahu kau bukan anak yang bodoh dan sampai saat ini Bapak tidak menyesal karena telah memberikan kesempatan padamu untuk membuktikan hal itu pada dirimu sendiri. Jadi semester depan, cobalah berusaha lebih baik lagi!" Pak Donny menunjukkan rapor Sandra pada nya.
"Ini! Kau bisa melihat sendiri!"Sandra melihat nilai-nilai di rapor nya. Memang banyak nilai enam nya, tapi tidak ada nilai merah. Nilai yang bagus hanyalah nilai olahraga, ia mendapat nilai delapan.
"Berjuanglah semester depan, Sandra!" Pak Donny memberi semangat.
"Terima kasih, Pak!" Sandra tersenyum.Sandra keluar dari kelas sambil tersenyum. Leon sudah mengingatkan nya dari pagi bahwa dia ingin melihat rapor Sandra.Sandra tidak melihat Leon di kelas nya.
"Kau tahu di mana Leon?" tanya Sandra pada salah seorang teman sekelas nya."Oh! Dia dipanggil ke ruang guru!" kata nya.Sandra langsung pucat. Apakah gara-gara nilai rapor Leon yang menurun? Tanya nya panik.Sandra berlari ke ruang guru. Dia menunggu sampai akhir nya Leon keluar.
"Leon!" sapa nya. "Kenapa kau dipanggil? Memang ada masalah dengan nilai rapormu?" Leon mengangguk tanpa semangat. Tangan nya memegang rapor nya dengan lemas.
"Tidak apa2, Leon. Kan masih ada semester depan. Kau pasti bisa berusaha lebih baik lagi di semester depan. Pasti nilai nya tidak akan lebih parah dari nilai raporku, kan?" hibur Sandra. Leon menatap Sandra dengan serius.
"Bagaimana rapormu?"Sandra memberikan rapor nya pada Leon. "Tidak jelek! Setidak nya tidak ada nilai merah sama sekali! Semester depan kita berusaha sama-sama, oke!" Leon melihat nilai rapor Sandra.
"Aku senang tidak mendapatkan nilai merah!"
"Boleh aku melihat rapormu?" balas Sandra. Leon menggeleng. Sandra penasaran dan direbut nya rapor Leon dari tangan nya.
"Sandra!" Sandra terkejut melihat rapor Leon.
"Nilaimu tidak ada yang jelek!" kata Sandra.
"Semua nya dapat nilai Sembilan!"
"Memang!" kata Leon santai.
"Kalau begitu kenapa kau dipanggil ke kantor guru?" tanya Sandra bingung. Leon akhir nya tertawa.
"Aku tadi hanya ingin menggodamu. Aku dipanggil ke sini karena para guru mau kasih hadiah atas prestasiku sebagai juara umum."
"Hah??? Juara umum???" tanya Sandra.
"Jadiâ?¦ kau bohongi aku ya tadi???" Leon mengangguk.
"Aku tidak menyangka bisa menipumu!" Sandra cemberut kesal. "Sebel!!"
"Aku hanya ingin bercanda!"
"Tunggu dulu, ada yang tidak aku mengerti!" kata Sandra.
"Waktu itu kan kau tidak ikut ujian fisika!"
"Hei, Non, ada yang nama nya ujian susulan!" jawab Leon.
"Bagaimana dengan nilai olahragamu?" tanya Sandra bingung.
"Kok bisa dapat nilai Sembilan? Bukan nya kau tidak bisa mengikuti kegiatan olahraga!"
"Pak Guru memberikan tugas lain untukku!" kata Leon.
"Kliping tentang olahraga!"Sandra akhir nya mengerti. Dalam kondisi sakit pun Leon bisa menjadi juara umum.Mereka berjalan ke taman sekolah dan duduk di bangku.
"Kau dapat kartu pos hari ini?" tanya Leon.
"Punyaku warna kuning!" Sandra mengangguk dan mengeluarkan kartu pos biru nya dari tas. Leon juga menunjukkan kartu pos nya.
"Aku suka biru!" Sandra mengambil kartu pos di tangan Leon,
menukar nya dengan kartu pos di tangan nya.
"Nah, sekarang kau punya yang biru!"Leon tertawa.
"Terima kasih! Jadiâ?¦ kau akan pergi ke mana liburan ini? Menemui papamu?"
"Entahlah, aku belum memutuskan!" kata Sandra.
"Kalau kau sudah memutuskan, bawa kartu posmu dan kirimkan padaku. Tulis semua yang kau kerjakan. Oke?"
"Sip!" kata Sandra.Leon menarik napas dalam-dalam.
"Sandraâ?¦" kata Leon tiba-tiba.
"Ada yang harus aku katakan kepadamu."
"Apa?"Leon menarik napas lagi.
"Kemarin Papa berbicara padaku. Para dokter menyarankan agar aku menjalani operasi jantung."
"Kenapa?" protes Sandra.
"Bukankah kau baik-baik saja? Minggu kemarin kau keluar dari rumah sakit karena kau sudah membaik, kan?" Leon menggeleng. "Kemarin aku menjalani pemeriksaan lagi. Para dokter menyimpulkan aku harus menjalani operasi."
"Apakah begitu parah?" tanya Sandra sedih.
"Aku sungguh tidah tahu!" kata Leon.
"Operasi ini sangat berisiko. Papa tidak mau aku menjalani nya, tetapi ada kemungkinan aku bisa hidup sehat setelah menjalani nya!"
"Tapi ada kemungkinan kau juga akan meninggal!" Sandra menyela nya.Leon mengangguk.
"Kalau begitu jangan dioperasi!" seru Sandra.
"Setidak nya kau masih bisa hidup lebih lama lagi, kan?"Leon menatap mata Sandra.
"Aku sudah memutuskan untuk menjalani operasi, Sandra!"
"Mengapa?!!" teriak Sandra.
"Kau bisa meninggal, Leon!!"
"Aku tahu!!" balas Leon keras. Leon ingin meraih tangan Sandra, tapi Sandra menepis nya. Sandra menangis di hadapan Leon.
"Dulu Papa yang pergi, sekarang kau yang akan pergi! Aku tidak mau!!! Aku benci dirimu!!! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi!!!"
Sandra berlari meninggalkan Leon.
"Sandra!!!" teriak Leon putus asa.
"Mengapa?!?" teriak nya sambil mendongakkan kepala nya ke langit. "Ini sungguh tidak adil! Leon adalah anak yang baik,kenapa dia harus menanggung semua ini?"
Sandra pulang ke rumah nya dan langsung menuju kamar nya. Dia menangis keras-keras. Seharus nya aku tidak berteman dengan nya, teriak Sandra dalam hati,aku toh sudah tahu kalau dia punya penyakit mematikan. Aku saja yang bodoh. Aku harus berusaha melupakan nya. Aku tidak mau ada orang yang menyakitiku lagi. Bodoh!
Untuk apa memedulikan nya! Kalau dia mau dioperasi, operasi saja, apa hubungan nya denganku? Toh itu nyawa nya. Aku tidak mau berteman dengan nya lagi. Berapa kali aku harus melakukan kesalahan? Menyayangi seseorang itu terlalu menyakitkan.
.***
Sementara itu Leon merasa sedih oleh penolakan Sandra. Tetapi dia tahu saat ini sahabat nya itu sebetul nya ketakutan. Dia merasa tidak berdaya karena tidak ada satu pun yang bisa dia lakukan untuk meringankan beban di hati gadis itu.
***