
Di kelas kami, ada anak perempuan yang paling muda. Bisa dibilang, seharus-nya dia satu kelas dibawah kami. Sifatnya sedikit menyebalkan, egois, manja dan yang lainnya.
Kami semua yang sudah berteman dan bersama-nya selama bertahun-tahun sedikit risih.
Cara dia berbicara juga lebih aneh dari kami semua. Dia lebih sering memakai kata-kata yang formal dan baku, karena itu juga, kita semua sedikit tidak menyukai anak paling muda itu.
Anak itu adalah sahabat-ku.
Tapi sebenar-nya aku juga tidak menyukai dia.
Suatu hari, anak itu absen. Kejadian seperti ini jarang terjadi. Banyak yang mengatakan bahwa .. 'Yuka' nama anak ini pergi ke rumah sakit untuk check kondisi tubuh.
Awalnya aku tidak peduli.
"Ayo kita adakan sebuah permainan yang cukup menyenangkan bagi kita semua !"
"..Permainan?"
Semua anak langsung menoleh ke anak yang mengusulkan permainan tadi. Sambil tersenyum jahat, anak yang tadi memberi usul menjawab,
"Ya! Sebuah permainan yang akan membuat Yuka menderita."
'Awalnya.. aku tidak peduli'
"Ayo kita coba permainan itu!" seru salah satu anak.
"Aku setuju!"
Tapi seorang anak mengangkat tangannya dan bertanya,
"Bagaimana kalau dia melapor?"
"Kalau tidak ada bukti ?"
"..." anak itu langsung terdiam.
"Baiklah, siapa yang setuju?"
Semua anak mengangkat tangan tanpa ragu. Kecuali aku,
"Eru, kau setujukan?"
Kalau aku tidak setuju.. aku akan menderita juga. "Ya, aku setuju."
Dengan itu permainan ini dimulai.
Seminggu kemudian, Yuka kembali bersekolah dan menyapa-ku seperti biasa. Tapi.. karena aku setuju dengan permainan ini. Aku tidak membalas sapaan-nya.
Makin hari Yuka menderita.
Luka disekujur tubuhnya, seragam-nya bahkan penuh dengan lumpur.
"Pengkhianat ..." ucap-ku pelan.
"Itu-lah balasan untuk pengkhianat."
ucapku sambil menumpahkan sebotol muntah di atas kepala-nya sambil tersenyum jahat.
'Pengkhianat' , ya pengkhianat, dia mengambil seseorang dari-ku.
Padahal dia tahu.. aku menyukai orang itu.
...
Tapi makin hari aku sedikit tidak tega melihat Yuka yang sedikit murung.
Aku ingin menolong-nya.. namun, ada kaca yang menghalangi.
Hari ini. di loker-ku terdapat surat.
"Temui aku di atap sekolah. -Kei Nakajima."
Orang yang ku-sukai, aku senang. Namun, aku merasakan hal.. aku takut.
...
"Kei-kun ..? ada apa?"
aku tersenyum, tapi dia membalas-ku dengan tatapan diingin.
"Kau masih bisa tersenyum, melihat sahabat-mu.. menderita seperti ini?"
"..Apa maksud-mu..?"
"Jelas-jelas! Setiap hari Yuka terlihat murung, kadang pakaiannyapenuh lumpur dan rambut-nya kotor karena muntah."
"Kau itu pengkhianat, Orihime-san." lanjut Kei lagi.
Kemudian aku mengepalkan tangan-ku erat-erat.
Aku menunduk... aku ingin marah sekarang. "SIAPA YANG SEBENARNYA PENGKHIANAT disini ?! Aku?! Aku?! SALAH! YANG SEBENAR-NYA ADALAH PENGKHIANAT ADALAH YUKA SENDIRI!"
"Yuka tidak pernah mengkhianati-mu."
"TAPI DIA--"
"Eru-chan .."
Yuka muncul dari pintu. Kemarahan Eru memuncak,
"Yuka!"
"Eh?!"
"AKU BENCI KAU !!"
"KAU MENGAMBIL SEMUA. SEMUA-NYA!!"
Aku berlari turun tangga melewati Yuka yang menangis
'Kau kira, kau sendiri yang menangis?'
-To Be Countiuned