
'Ini rumah Akira ya..'
Pikir Mio sambil mengayunkan kaki-nya dan melihat ke arah es teh yang disuguhkan oleh ibu-nya Akira. Ibu Akira hanya terssenyum lemah melihat Mio. Mio melihat di-dalam lemari, ada photo yang diberi frame.
Isi photo tersebut adalah Akira bersama.. seseorang yang hampir mirip Mio. '...Anak itu mirip dengan-ku.' pikir Mio sambil meminum segelas es teh yang ada di meja tadi.
Kemudian Ibu Akira duduk berhadapan dengan Mio. "Mio,.. ya?"
"..I-iya." jawab Mio sambil tersenyum dan langsung melihat ke arah Ibu Akira.
"...Seperti kata Toga, kau benar-benar mirip."
"Mirip..? Dengan.. siapa?"
"..Kau tahu..? Yang di photo itu."
Mio kembali menoleh ke arah photo tadi, Akira tersenyum bersama dua anak perempuan. satu-nya amat mirip Mio, dan yang lainnya cantik sekali.
"..."
"Kau terkejut kan? Benar-benar mirip, itu membuat Akira nostalagia."
"Ya.."
"Sayanag-nya, itu photo terakhir mereka. Hari itu, adalah hari kematian.. anak itu."
"..Eh..?"
"..Ia ditelan ombak, itu-lah mengapa Akira benci laut dan warna biru."
"..Trauma ya..?"
"..Iya. Dia jadi tertutup dan menyalahkan diri-nya sendiri hingga saat ini.."
...
"Hoi, Toga!"
"Apa?"
"Kenapa Okaa-san mengundang Mio untuk makan malam di rumah kita?"
"Entahlah! Malah bagus."
"Ha..?"
"Ketika besar nanti kau mengerti kok."
Kemudian kedua anak laki-laki itu sampai di rumah, "Tadaimaa.."
"Aku lapar!" seru mereka berdua, sambil berlari ke arah meja makan. Mata Mio dan Akira bertemu, kemudian Akira memalingkan wajahnya. Mio yang melihat reaksi manis dari Akira, tersenyum.
...
Musim panas yang identik dengan matahari. Cuaca panas yang membuat semua orang ingin musim salju.
'Panas-panas begini disuruh menyapu halaman.. argh..' gumam Akira sambil menyapu kesana kemari. Kemudian ia mengelap keringat-nya dan melihat ke arah matahari yang terik dan menyilaukan. 'Aku ..mungkin tidak benci musim panas lagi.' pikir-nya.
"Konnichiwa ...Akira.. Toga-nii."
"Mio !" seru mereka berdua.
Kemudian Mio melihat ke arah Akira dan tersenyum.
"O-Oh iya, Mio!"
"Yaa?"
"Tanggal 17 Agustus nanti.. ada festival di kuil.. mau ikut bersama-ku?"
Karena Mio menyukai anak-anak, ia mengangguk. "J-Jam 6 sore ya!"
"Ya.." Kemudian Mio pergi sambil tersenyum. Toga tersenyum lebar melihat otouto-nya.
"Jangan lupa ajak aku lho ya!"
"Gak mau."
"Nanti kuceritakan masa lalu-mu, kau mau?"
"Eh, j-jangan. Baiklah.. kau ikut."
"Hmm.. yappari."
...
"Konbanwa.. Akira.. Toga-kun."
"K-Konbanwa!" ucap kedua-nya. Kemudian mereka mulai menjelajahi isi festival.
Akira tidak bisa berhenti tersenyum, jadi ia tersenyum ke arah stand ikan mas. Kemudian Mio salah paham dan bertanya, "Kau suka ikan mas?"
"..T-Tidak.."
"Oh ya.. Akira, kau benci.. warna biru?"
"..Bagaimana kau bisa tahu?"
"..Bibi yang memberitahu."
"...souka."
"Kalau kau keberatan, tidak perlu cerita."
"..Hu'um."
Kemudian Mio berlari ke stand tangkap ikan mas dan berhaisll menangkap 2 ikan mas. Kemudian ia memberikannya pada Akira, "Untuk-mu." ucap-nya sambil tersenyum.
"..A-Arigatou."
"Doushita!"
Kemudian kembang api bermunculan. "Ayo kita cari tempat yang lebih sepi, agar kembang api-nya lebih kelihatan."
Kemudian Akira menarik lengan Mio dan mengaja-nya ke sebuah jembatan. "Uwaa.. benar! Dari sini lebih terlihat kembang api-nya."
Akira tersenyum.
"Akira? Mio? Kalian dimana?" tapi mereka kelupaan Toga.
-bersambung