
5 tahun kemudian ...
"Kasihan sekali ya, padahal umurnya baru 17 tahun. Tapi sudah mengalami kecelakaan se-tragis ini." Para perawat di rumah sakit ini membicarakan tentang pemuda berusia 17 tahun yang barusan mengalami kecelakaan tragis minggu kemarin.
"Kalau tidak salah nama pasiennya, Akira Tachibana?"
Seorang dokter yang mengurus pasien bernama Akira Tachibana ini bernama, Mio Mitsurugi.
Kini umur Mio menjadi 20, tentu Mio sedikit terkejut mendengar hal yang barusan dikatakan para perawat di rumah sakit ini.
Karena Mio merasa familiar dengan nama tadi.
Baru hari ini Mio akan mengurus pasien bernama Akira Tachibana ini.
"...Apa dia.. Akira yang di festival.. lampion waktu itu ya..."
Gumam Mio sambil berhenti berjalan dan melamun. "Dok." seorang perawat memanggil Mio,
"..A iya?" tanya Mio.
"Waktu nya check keadaaan pasien."
"...A.. iya iya."
Kemudian Mio melangkah ke kamar pasian 201, tempat Akira Tachibana di rawat. 'Aku ingat waktu mobil paman-ku juga menabrak Akira dulu.. waktu itu dahi nya yang luka..' gumam Mio sambil tersenyum kecil.
Setelah memeriksa keadaan Akira, ia keluar kamar dan berpapasan dengan anak perempuan yang sangat manis. Anak itu langsung masuk ke dalam kamar pasien 201, kamar Akira Tachibana.
'Dia.. manis..' pikir Mio. 'Apa dia pacar-nya Akira?'
-Di dalam kamar 201-
"Akira-kun, aku tidak menyangka kau sadar secepat ini." ucap anak perempuan itu sambil tersenyu dan menaruh satu keranjang berisi buah-buahan di meja tamu.
"..Sora-chan, darimana kau tahu aku dirawat disini..?" tanya Akira sambil melihat ke arah jendela dan menghela nafas.
"..Tentu aku tau ! Aku kan ketua kelas !" sahut anak yang bernama Sora itu, rambutnya panjang berwarna hitam dengan bola mata berwarna hijau, ia masih memakai seragam sekolah-nya.
"...Iya.."
Tanpa sengaja Mio mencuri dengar pembicaraan yang ada didalam kamar 201,
'Pokoknya Akira sudah pasti terlihat sangat serasi dengan gadis bernama Sora itu.' gumam Mio, dia menjauh dari kamar itu. Dia tidak ingin terluka.
"Oh iya, Sora. Kau tahu nama dokter yang memeriksa keadaan ku tadi?" tanya Akira. "Tidak, apa kau mengenalinya? Atau dia adalah cinta pertamamu?" tanya Sora.
"Bukan, dia bukanlah cinta pertamaku. Hanya saja, aku masih teringat gadis itu."
...
Kota kecil ini, rumah sakit ini. Tempat dimana mereka bertemu, dan tempat dimana keajaiban mitos itu terjadi. Ini semua terjadi karena keduanya saling percaya.
"Aku menyukaimu."
Kata-kata yang pernah dilontarkan Akira untuk Mio saat malam pesta lampion. Mio masih mengingatnya dengan jelas, karena saat itu adalah suatu keajaiban tersendiri untuknya.
"AAAA tidak! Aku harus menyelesaikan pekerjaan ini !!" ucap Mio sambil menepuk kedua pipinya.
...
Akira hanya menatapi keranjang buah yang diberikan Sora tadi. '..Apa Mio, ingat..' gumam Akira sambil mengalihkan wajahnya dari keranjang buah itu ke arah jendela.
Di dalam kamar Akira, tidak ada siapa-siapa. Toga sendiri sibuk karena 2 bulan lagi akan menikah.
Mio melangkahkan kakinya di koridor rumah sakit. Selesai mengurus pekerjaannya, ia akan langsung pulang ke rumah.
Tapi kakinya bergerak ke arah lain, melewati kamar 201. Mata Mio melihat ke sela-sela pintu kamar ruangan 201 yang bercahaya.
'ia belum tidur?' Telinganya mendengar suara tv dari kamar 201. Hidungnya mencium mi instan yang masih hangat. Tangannya ingin membuka pintu, kedua kakinya ingin berjalan masuk, mulutnya ingin berbicara dan mengucapkan kalimat. Kelima indra Mio bekerja, dan aura Akira membuat kelima indra Mio menaruh perhatian.
"Klek."
Pintu ruangan kamar 201 terbuka. Mio kelagagapan, dan bertemulah mereka berdua disana. Akira dan Mio, "Dokter?" ucap Akira. Tinggi tubuhnya sangatlah tinggi, membuat Mio harus mendongak untuk melihat wajahnya.
"Kenapa selarut ini seorang pasien belum tidur? Ini sudah peraturan rumah sakit." Mio mengatakan kalimat yang mengartikan kalau hubungan mereka sekarang hanya sebatas dokter dan pasien.
"Maafkan saya, tapi saya belum mengantuk sedikit pun."
"Ijinkan saya membeli minuman kaleng dari mesin di sebelah sana." Akira berkata dengan formal, tapi kelima indra Mio menghentikan Akira.
"B-biarkan, aku yang membelikannya!" mulut Mio mengucapkan kalimat tanpa ia sadari. Akira sedikit terkejut, namun dia tersenyum.
"Sebagai seorang dokter, saya menyarankan agar anda istirahat. Sehingga luka di dahi anda segera sembuh."
Mio berusaha menyembunyikannya.
"Arigatou." Sahut Akira kembali ke dalam kamarnya.
'Seperti dulu, ekspressinya tidak berubah.'
Mio membelikannya sebuah minuman kaleng. 'Aku inga dia suka yang ini.' Mio tersenyum ceria, entah kenapa lelahnya hilang seperti debu terbawa angin.
"Akira Tachibana, ini minumannya."
Mio mengetuk pintu kamar pasien 201. "Arigatou, Mio Mitsurugi" Ucap Akira sambil tersenyum dan berbalik lagi kea rah kamarnya, menutup pintu rapat-rapat sehingga tidak ada celah.
'Dia masih ingat aku ..?' Mio terduduk didepan kamar 201. Air mata haru mengalir di pipinya.
...
Sinar mentari pagi yang begitu menyilaukan membangunkan kedua orang yang ditakdirkan oleh keajaiban. '
Semoga kami bertemu lagi.'
kedua orang yang mengalami cinta lama bersemi kembali itu berharap suatu keajaiban.
Mio melangkah kakinya keluar dari taksi. Jas putih seorang dokter sangat cocok dengan rambut panjang Mio yang berwarna coklat,
"Dok, ini document-document pasien-nya." Asisten Mio memberikan beberapa lembar kertas berisi document.
"Arigatou." Jawab Mio sambil mengambil lembaran kertas tersebut. Teringatlah kembali dia pada Akira. Pipinya merona merah. Sebenarnya, apa perasaan Mio pada Akira ?!
'Gadis itu..' Mio melihat ke arah Sora. 'Rambutnya hitam, dan dia pasti popular di sekolahnya.' pikir Mio sambil melihat kea rah Sora, si gadis yang sebenarnya mengincar Akira sejak pertama mereka sekolah.
Sora mendekati Mio ketika sadar.
"Dokter, bisa kita bicara?"
"Eh?"
-bersambung.